Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Secercah Cahaya yang Merangsak Masuk Melalui Jendela

 

Dari hari ke hari. Dari pekan ke pekan. Dari bulan ke bulan. Akhirnya secercah cahaya itu datang. 


Pagi, yang berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Setelah malam, mendapat sebuah kisah dari orang-orang biasa yang berdomisili di Borneo dan Yogyakarta. Lewat tulisan ini, saya ingin mengucapkan “terima kasih” kepada mereka.

Orang yang aktif dalam percakapan daring pada Senin-Sabtu dan jarang aktif pada hari Ahad/Minggu karena ada ibadah di gereja, pada waktu itu sedang berbicara di depan kamera. Saya menyambutnya dengan mendengarkan secara seksama apa yang mereka omongkan.

Omongan yang mereka sampaikan pada malam itu, bak secercah cahaya yang merangsak masuk melalui jendela kamar tanpa permisi kepada empunya. Saya harus berupaya merawat cahaya itu agar tidak lekas padam. Tidak ada cara lain, selain membaca dan menulis (lagi).

Di pagi yang cerah ini, tanpa pohon sawo kecik dan mangga (karena sudah ditebang), tangan ini menari dengan riang di atas tuts keyboard. Ditemani buku-buku, secangkir kopi, dan alunan musik dari Negeri Matahari Terbit (Jepang) yang bertajuk “Alive”. Dan juga musik yang identik dengan seni bela diri dari Negeri Tirai Bambu (Cina) yang bertajuk “Nan Er Tan Ce Chiang” atau kalau diterjamahkan ke bahasa Indonesia menjadi, “Keberanian Lelaki yang Kuat”.

Alunan musik tersebut, sesekali disisipi oleh suara musik dari alam yang bersumber dari makhluk hidup lain, apa lagi kalau bukan burung yang sedang berkicau. Perpaduan antara beberapa suara itu, menambah semangat suasana dalam rangka merawat cahaya agar tidak lekas padam.

Penulis bisa jadi apa saja yang ia mau. Mau jadi pendekar, dokter, petani, mucikari, transpuan, kiai, guru, akademisi, aktivis, hewan, tumbuhan, presiden, pastur, biksu, menteri luar negeri, orang-orang revolusioner semacam Fusser alias Ernesto Guevara de la Serna, dan lain-lain, peran-peran itu bisa diambil oleh penulis dalam sebuah narasi.

Karena sedang mendengarkan lagu yang terkadang digunakan untuk pengiring gerakan wu shu, solo spel dalam pencak silat, dan juga seni bela diri dari Tiongkok/China ‘kung fu’, jadi teringat seorang penulis Indonesia ‘Asmaraman Sukowati atau Kho Ping Hoo (1926-1994)’. Penulis dari Sragen (Jawa Tengah) itu, produktif dalam berkarya.

Beberapa karyanya, seperti, Kisah Pendekar Bongkok, Bukek Siansu, Pendekar Gila, dan lain-lain. Kawan-kawan yang tumbuh dan berkembang di zaman now, seyogianya harus tahu dan membaca beberapa karya dari Kho Ping Hoo wa bil khusus bagi kawan-kawan yang tertarik dengan pertarungan atau laga, romansa, dan kisah petualangan.

Kho Ping Hoo merupakan salah satu di antara beberapa penulis Indonesia yang mampu menerima cahaya dan merawatnya. Selain itu, ngomong-ngomong tentang karya tulis bergambar ‘komik’ yang ada kaitannya dengan petualangan dan laga, tentu tidak asing dengan kisah karya Masashi Kishimoto “Naruto”. Khususnya bagi kawan-kawan yang lahir pada tahun 90-an akhir atau awal milenium (2000-an), kisah petualangan seorang pendekar yang manusiawi dari Konoha “Naruto”, tampil di stasiun televisi di Indonesia ba’da magrib.

Selain itu, pasti kawan-kawan sudah ada yang mengimajinasikan dalam pikiran tentang beberapa tokoh lain, seperti, Son Go Ku, Gohan, Burma, Kakek Kura-Kura, Vegeta, dan lain-lain. Mereka adalah beberapa tokoh yang mewarani komik (manga) maupun film Dragon Ball yang dilahirkan oleh pengarang ‘Akira Toriyama’.

“Ka….me…ka..me..ha….”, dan super saiyan jurus anadalan Go Ku. “Ra..seng…an”, jurus dari Naruto. “Chi…do..ri…”, biasanya digunakan Sasuke ketika sedang bertarung melawan musuh. Kho Ping Hoo dengan pendekar gilanya, Masashi Kishimoto dengan petualangan Naruto, dan Akira Toriyama dengan “kamehameha dan super saiyan”, merupakan orang-orang yang menerima cahaya dan mampu merawatnya.

Yang lebih penting, tentunya dalam kisah-kisah karya mereka juga terkandung amanat atau pesan untuk pembaca wa bil khusus bagi kawan-kawan yang mau merenung. Semoga, saya dan kawan-kawan dimanapun berada (khususnya yang sedang bergiat di dunia literasi) mampu istiqomah merawat cahaya dan membagikan pendar-penadar cahaya dengan berbagai cara, dan semoga tidak terlalu bikin silau jagat raya.