Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Awal Maret, Isra’ Mi’raj dan Semangat Perubahan

 


Dunia ini banyak kejutan. Kejutan yang menyebabkan perubahan ke arah yang baik, atau sebaliknya.

 

Akhir Februari 2022 merupakan hari isra’ mi’raj. Ada banyak ibrah yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut. Salah satu di antaranya ihwal hijrah. Kata “hijrah” menjadi rebutan beberapa organisasi Islam. Ada maksud di balik perebutan kata “hijrah”, namun saya tidak akan membahas ke arah situ. Melainkan mencoba memaknai dan melakukan kontekstualisasi dengan masa sekarang. 


Secara harfiah, hijrah bermakna pindah. Melangkahkan kaki dari satu rumah ke rumah yang lain, apakah itu hijrah? Dari yang tidak berkerudung menjadi berkerudung, apakah itu hijrah? Ngopi dari satu warkop ke warkop yang lain, apakah itu bisa dimaknai hijrah? Pemaknaan tersebut tergantung oleh subjek, siapa yang menafsirkan.

 

Namun apabila dikontekstualisasikan dengan era sekarang, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam rangka ngangsu kaweruh adalah hijrah. Yang memiliki orientasi untuk berubah ke arah yang lebih baik.

 

Di awal Maret, saya melakukan perpindahan dari Kota Kembang menuju Kota Ledre. Sebuah perjalanan yang terkandung hitam dan putih di dalamnya. Menaiki bus Pahala Kencana, dari Terminal Cicaheum ke Terminal Rajekwesi. Ketika senja menyapa, saya masih berada di daerah Priangan. Ketika matahari menyapa bumi, sudah menginjakkan kaki di Terminal Rajekwesi.

 

Sampai di Terminal Rajekwesi, ngopi. Sembari menunggu jemputan dari bapak. Setelah bapak datang, langsung meluncur ke rumah. Dan sebuah kejutan menghampiri. Kamar yang biasa saya gunakan untuk meletakkan buku-buku, ngetik, membaca, dan lain sebagainya, penuh dengan barang-barang. Agak terkejut, namun saya senang melihat ketentraman keluarga. Tidak apalah, yang penting solidaritas plus kerukunan keluarga terjaga.

 

Dan di ruang depan dan tengah, terdapat karpet. Hal semacam itu, biasanya terjadi ketika akan ada rutinan yasinan di rumah, tetapi pada waktu ini, digunakan sebagai tempat belajar. Saya senang, atmosfer keilmuan semakin terbangun dari rumah.

 

Karena rumah kakak direnovasi, kegiatan belajar mengajar berpindah ke rumah bapak dan ibu yang berada di depan, dekat dengan jalan. Anak-anak yang sedang mengaji, belajar berhitung, dan lain sebagainya, di awal Maret ini menjadi penghias rumah. Saya juga ikut bahagia, ketika kakak dan istri akan mendirikan sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Selamat.

 

Dan saya disuruh bantu-bantu di lembaga tersebut. Mungkin untuk waktu ini, saya belum bisa membantu secara full time, ya….saya bantu semampu dan semau saya. Sembari menulis, menerima kawan-kawan yang ingin konsultasi, dan riset kecil-kecilan, saya akan mencoba sepenuh hati bergiat sebagai Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Insomniah wa Jurnabiyah plus menjadi tukang bersih-bersih di Gubuk Ekologisme Nurul Falah.