Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Merawat Kegelisahan, Sebuah Kenikmatan


Kegelisahan merupakan suatu hal yang beberapa orang ingin menghilangkannya. Namun, kegelisahan juga merupakan suatu hal yang tidak harus dihilangkan. Bahkan harus dirawat, agar merasakan sebuah kenikmatan.

                                          

 



Desir angin awal bulan September telah terasa. Angin yang berhembus diiringi dengan hawa panas. Hawa panas di kota merupakan suatu hal yang tidak selalu disambati, karena hal itu merupakan faktor pendorong banyaknya minuman (es) yang terjual.

 

Terkadang beberapa orang wabilkhusus penulis, kurang mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan. Dikasih hujan kedinginan. Dikasih panas kepanasan. Ingin bangun pagi, malah bangun siang hari, asem og. Namun, pernahkan berfikir ulang bahwa segala sesuatu yang ada di dunia merupakan kehendak Sang Pencipta?

 

Rasa panas, dingin, dan kegelisahan merupakan beberapa varian rasa yang ada di dunia. Panas dan dingin merupakan faktor alam, namun hal itu terjadi juga karena adanya pengaruh tangan manusia. Ada suatu daerah pertanian, kemudian datanglah investor ke daerah tersebut. Pertanian yang terhampar luas, menjadi bangunan pencakar langit, perumahan, dan lain sebagainya. Pepohonan yang ada di sekitar areal persawahan juga ikut hilang.

 

Daerah yang mulanya agraris, bergeser menjadi industri. Hal itu juga mempengaruhi panas dan dinginnya suatu wilayah, selain itu juga melahirkan kegelisahan.

 

Kegelisahan ketika melihat ketidakadilan, penggusuran atas nama pembangunan, melihat do’i berdialektika dengan kawan lain, banyak hutang, berbaring di rumah sakit, belum lulus kuliah, tidak ada internet, dan berbagai genre kegelisahan yang lain.

 

Beberapa hal yang disebutkan di atas melahirkan sebuah kegelisahan. Beberapa orang ingin segera menghilangkannya, namun tak jarang ketika lahir kegelisahan kemudian dirawat dan membuat suatu perubahan.

 

Apakah kamu gelisah ketika ada ketidakadilan? Koruptor menerima hukuman ringan plus mewah. Sedangkan rakyat jelata, ketika mendengar institusi penegak hukum saja, ada beberapa yang bulu kuduknya berdiri. Ketika melihat bahkan merasakan ketidakadilan seperti itu, apakah kita hanya diam? Membiarkan mafia peradilan berkeliaran? Koruptor tetap tenang? Dan cita-cita founding parents Indonesia ihwal keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, hanya sebatas utopia belaka?

 

Fenomena ketidakadilan berhembus bersama desir angin September. Pembunuhan aktivis HAM, Munir Said Thalib salah satu di antaranya. 

 

Kegelisahan yang lain misalnya, tidak punya uang. Coba berfikir ulang, mengandai-andai saja. Alhamdulillah, saya tidak punya uang. Tidak punya uang atau bahasa lainnya kanker alias kantong kering bisa membuatmu menumpahkan kegelisahan dengan berpuisi, wasek.

 

Siapa tahu, hari ini Tuhan belum memberimu uang, karena ingin menjagamu. Ketika punya uang, dari pada digunakan untuk minum, minum es berlebihan maksudnya, wqwqwq. Maka dari itu, Tuhan enggan memberi rezeki berupa uang terlebih dahulu. Bukankah hal itu juga merupakan sebuah kenikmatan dan bentuk kasih sayang Tuhan kepada makhluknya?  

 

Kegelisahan karena sakit. Melihat kawan-kawan di beberapa sosial media sedang studi, berkelana, mengikuti kegiatan di luar kota, dan lain sebagainya. Kegelisahan itu, bisa dinikmati dengan mensyukuri apa yang telah terjadi. Sakit dan berbaring di rumah sakit, sebagai laku istirahat dari hiruk pikuk duniawi.

 

Kegelisahan karena belum lulus kuliah. Bisa dinikmati dengan melahirkan karya. Entah itu mengikuti berbagai jenis pelatihan, melahirkan karya tulis, melakukan pengabdian kepada rakyat, dan lain sebagainya.

 

Selain itu, kegelisahan yang lahir karena tidak tersambung internet. Kan bisa, menikmati kegelisahan dengan membaca buku cetak, menulis, dan lain sebagainya. Jika ada pemberitahuan tidak terhubung internet, biasanya ada permainan hiburan berupa dinosaurus yang melompat menghindari kaktus dan burung. Maka dari itu, jika kamu gelisah, jangan terlalu gundah gulana. Santai saja. Rawat kegelisahan, dan nikmatilah. Jika rasa gelisah hadir, hal itu membuktikan bahwa kita manusia. Dan yang namanya kegelisahan, bisa diartikan sebuah kenikmatan. Tinggal bagaimana kita memaknai kehidupan.