Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perang Dingin Jebolan Madrasah Aliyah Literasi



“Apakah ada yang memerdekakan seorang hamba dari status jomlonya? Ada. Apakah jika akad terucap status jomlo lepas begitu saja? Tidak.”



Baik kawan, jadi latar belakang penulisan ini merupakan balasan untuk kawan satu angkatan seperjuangan di Madrasah Aliyah (literasi) di Bojonegoro tapi beda ruang kelas dan haluan namun tetap berlandaskan pada landasaan ideal dan konstitusional negara.


Mengapa berbeda? Sebab saya dari rumpun Ilmu-Ilmu sosial (IIS) dan Bung Sidkin Ali saya percekak saja namanya sebagai Bung Sid dari kelas Matematika dan Ilmu Alam (MIA). Di tengah itu seorang wantia yang menjelma sebagai rembulan yang menerangi kita agar tidak terjerumus pada kegelapan juga merupakan jebolan Madrasah Aliyah terkece di Bojongoro bahkan dunia, world class madrasah. Mengapa world class madrasah? Sebab pengajarnya keren-keren ada yang merupakan lulusan perguruan tinggi di Negeri Kanguru, Australia. Juga di suatu kesempatan mengundang pembicara asing atau native speaker, nah disitulah saya dan Bung Sid pernah mengikutinya. Halo Bung, apakah masih ingat dengan momen itu? kalau tidak salah 2015.


Apa kabar Bung? Semoga tetap sehat wal afiat dan tidak goyah serta gentar dalam membumikan semangat literasi di berbagai penjuru bumi dengan bis besar bernama Jurnaba yang penumpangnya ada saya, Bung Sid, Intan Setyani , S.FMT (Spesialis Filosofi Masakan Tradisional), dan kawan-kawan lain. Sebagai pemegang kemudi siapa lagi kalau bukan Imam Besar Jurnaba, Bung W. Rizkiawan, yang menjelma sebagai dalang kehidupan semu di Jurnaba bahkan berimbas ke dunia nyata, hahaha


Jadi, ketika melihat gambar di atas, jangan salfok/salah fokus ya, kita bukan dalam rangka memperebutkan perempuan, tetapi kita sedang membandingkan gagasan. Dan semoga juga Intan Setyani, S.FMT juga berkenan memberikan pandangan sebagai pihak penengah setalah tulisan ini muncul, wqwqwq.


Mengingat negara kita negara demokrasi, budaya kritik itu wajar-wajar saja. Teringat ucapan salah satu kawan  ketika berada di Ibu Kota (Jakarta) di sebuah sesi tinju diskusi bebas dan ngobrol soal demokrasi, beliau sepakat dengan demokrasi yang diutarakan oleh Kang Fahri Ayat-Ayat Cinta, siapa lagi kalau bukan Fahri Hamzah. Mengutarakan bahwa demokrasi itu berisik, namun ada tujuannya bak kereta yang melaju di atas rel.


Terkadang kereta lewat itu kan brisik, tak jarang membuat hatimu bergetar tanah di sekitar rel. Nah, seingat saya seperti itu Nabs, ketika Bung Sid mengutarakan kritik, pertama-tama saya memperoleh pesan dari Imam Besar Jurnaba (IBJ), beliau bilang, “ada yang balas tulisanmu?” kujawab, “sopo?”, IBJ menjawab “cieee”. Dari situ tanda tanya besar muncul di otak? Sopo yo kiro-koro? Hmmmm. Membuat hati saya agak dag dig dug tapi tak sampai dengan der, cukup dag dig dug saja. Kemudian saya lanjut mencecap kopi yang ada di cangkir sembari mendengarkan musikalisasi Puisi Jokpin dengan santuy.


Dari situ, saya mencoba berfikir, kira-kira siapa yang membalas? Hipotesis saya Intan Setyani, S.FMT. Namun hipotesis saya salah kaprah. Ternyata Bung Sid. Senang rasanya ketika Bung Sid menyuarakan kritik dengan goresan pena tentang Jomblo Dadakan (Merdeka dan Memberdayakan). Hal teresebut juga merupakan suatu bentuk apresiasi loh, matur sembah nuwun.


Waw…ketika mendengr nama Bung Sid, saya teringat nama pendakwah kondang Indonesia yaitu Ustad Adi Hidayat. Bagimana cara dia berkomunikasi, wajahnya juga hampir mirip, logat, dan lain-lain. Semoga Bung Sid kedepan juga bisa menjadi sang surya yang menyinari dunia (bergulat di jalan dakwah).


Dan dari Bung Sid juga Imam Besar Jurnaba saya belajar bagaimana menyikapi kritik, menyuarakan kritik yang menohok tapi sesuai dengan mazhab yaitu sederhana dan santuy, dan secara disadari atau tidak telah menghidupkan iklim demokrasi (budaya kritik) baik di dunia nyata maupun maya.


Saya sendiri lebih suka apabila ada yang mengkritik dan menuliskannya, dari pada rasan-rasan di belakang layar, mending nulis saja ya kan? Mumpung budaya kritik tidak diperketat seperti dulu dimana yang mengkritik langsung di dor, dan hilang…Bersyukurlah kawan kita hidup dan sebagai pelaku sejarah pasca reformasi. Namun masih saja di rezim Orba, bukan Orde Baru loh ya, melainkan Orang Baik. Orang baik selalu membikin lelucon dengan cara yang baik pula, wqwqwq. 


Sebelum kita mengebor lebih dalam, kita santuy saja dulu. Siapkan kopi bagi yang hobi ngopi, silahkan membaca sembari ngudud, dan aktivitas lain yang mendukung proses pembacaan. Sebenarnya kita sudah salah di awal. Mengapa? Mungkin kita sama-sama tidak tahu jomlo jomblo dari tinjauan historis atau sejarah, betapa lucu dan bodohnya saya dan mungkin juga sebagian pembaca. Ketika membalas kritik inilah saya dan pastinya pembaca tahu informasi penting mengenai kata jomblo jomlo. 


Sebelum memulai anti kritik untuk menangkal pendapat yang mencoba memporak-porandakan tatanan pola fikir tentang Jomlo Dadakan yang hampir matang tanpa proses penggorengan dan perebusan dalam waktu lama. Izinkan saya mengucapkan terimakasih, thank you, matur suwun, danke, matur suksma lagi untuk Bung Sid.


Baik, kita lanjut ke pembahasan. Bukan bermaksud menggurui atau apapun itu, saya niatkan untuk sinau bareng. Perlu diketahui tentang pelajaran ketika duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI)/ SD terdapat pelajaran bahasa Indonesia yang membahas mengenai imbuhan is, isme, dan isasi.


Imbuhan is menunjukan mengenai subjek atau orangnya. Misalnya jomlois yaitu orang yang jomblo jomlo.Imbuhan isme menunjukan suatu faham atau aliran/mazhab. Jomloisme Dadakan berarti faham atau aliran tentang jomlo yang merdeka dan memberdayakan atau disebut dadakan, wqwqwq.


Imbuhan isasi di akhir kata menunjukan suatu proses. Misalnya Jomloisasi yaitu merupakan suatu proses untuk menjomlo. Contoh lain misalnya urbanisasi yaitu proses perpindahan penduduk dari desa ke kota. Ruralisasi merupakan perpindahan penduduk dari kota ke desa. Itulah, betapa pentingnya pemahaman kata per kata. Bahasa Indonesia itu kaya, mungkin saya dan beberapa pembaca ingkang kawulo hormati yang malas untuk mempelajarinya lebih dalam.


Ke pertanyaan di atas, yang bisa memerdekakan seorang hamba dari status jomlonya, tentunya ada. Ketika membahas mengenai kemerdekaan atau independent tentunya tidak lepas dari klasifikasi tertentu. Terutama dalam hal pemikiran kemudian pengakuan dari teman lain.


Saya tegaskan kembali, kalau dalam fikiran saya, yang memerdekakan seorang jomlo itu ya fikiran. Apabila jomblo jomlo berhasil memerdekakan dirinya dari stigma yang memojokkan, disitulah sebanarnya kemerdekaan itu di dapat.


Sebenarnya lingkungan sosial itu lah yang menjadi perdebatan dari status jomlo itu sendiri. Bagi saya yang sederhana dan santuy, omongoan orang apapun yang bersifat toxic tidak usah dikonsumsi. Sebab saban orang memiliki jalan ninja tikus sendiri. Tidak bisa kita ikut arus, si A sudah punya pacar dibawa kesana kemari namun akhirnya kandas di tengah jalan. Si B terkenal play boy kelas kakap, teri, ekonomi, eksekutif, dan kelas-kelas yang lain namun tuanya sendiri…wkwk..ya itulah kehidupan, seyogianya merdeka sejak dalam kandungan, eh pikiran.


Sudah terbukti, kalau jomlo itu seuatau jihad fi sabillah, eeeaaaa…mengapa? Ya sebab bercinta dengan dirinya sendiri, wkwk..Maksudnya dari pada raba-raba kemudian melihat tubuh yang bukan mahram, astaghfirullah ya mending kita syukuri karunia Tuhan yang begitu indah dan luar biasa yaitu tubuh kita sendiri dan memaksimalkan potensi yang kita punya, wasek. Bersyukur memiliki mata yang bisa melihat Maha Karya Tuhan Yang Maha Esa, memiliki telinga yang bisa mendengar beragam genre lagu, dari murrotal hingga dangdutan. Bukan begitu? Wkwk


Orang-orang top seperti Imanuel Kant, Leonardo Da Vinci, Tan Malaka, Nikola Tesla, dan lain-lain. Mereka memilih jalan ninja sendiri dengan menjadi jomlo dadakan. Sebelum istilah jomlo dadakan ini mencuat dan tidak akan menjadi treding di mana-mana, para ilmuan sudah mengejawantahkan. Namun bagimana mereka menamainya mungkin masih bingung, wkwk..Mungkin berkat saya dan Bung Wahyu Ilahi alias Wahyu Rizkiawan, itstilah Jomblo Dadakan lahir. Merdeka dalam fikiran kemudian memberdayakan melalui ilmu dan pengetahuannya, waseekkk


Bagi ikhwan dan akhwat, bung dan sarinah, sahabat dan shabati, kanda dan yunda, rekan dan rekanita, dan komandan dimanapun engkau berada apabila contoh-contoh di atas kurang mak jblek dan top cer. Ya sudah, saya beri role model Rabiah Al-Adawiyah. Ya, darinya kita bisa belajar dari banyak hal. Mulai dari keagamaan, sastra, budaya, dan lain-lain. Pokoknya keren deh….


Kemudian, kalau jomlo identik dengan bacaan-bacaan bucin ya monggo-monggo saja. Namun tidak semua orang-orang di dunia ini yang jomlo lebih suka membaca tentang romansa. Ada kalanya ya membaca mengenai khazanah ilmu dan pengetahuan. Namun sastra romansa juga perlu, untuk membangunkan hati para jomlo di bawah rintik hujan agar tidak kekeringan seperti kita ini, benar begitu Bung Sid? 


Diperkuat lagi kalau di Minang ada yang namanya 3S (Surau, Silek, dan Sastra). Artinya tiga hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencapai ketenangan hidup versi orang minang. Surau itu masjid berarti ibadah atau komunikasi dengan Tuhan, silek yaitu silat artinya selain sehat secara rohani juga sehat secara jasmani (fisik), dan sastra berhubungan dengan karya seperti puisi, novel, dan lain-lain. Tidak jarang alam Minang menghasilkan tokoh-tokoh besar seperti Bung Hatta, kreator novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Sutan Ibrahim alias Tan Malaka, dan lain-lain.


Saya akan mencoba mematahkan kalau orang menunaikan akad, itu belum tentu lepas dari status jomlonya. Siapa tahu ketika akad akan ditunaikan terjadi hal-hal yang diluar diguaan, begitupun ketika akad telah ditunaikan. Misalnya, apabila terjadi hal-hal di luar diguaan plus tidak diinginkan, pripun? Nah…ya benar kalau status sih memang lepas, tapi disini ada yang lebih penting. Bisa jadi loh suami maupun istri memiliki jiwa-jiwa jomlo masih tumbuh dan bersemi ketika sudah nikah, pastinya ada. Dan ada juga yang berpotensi untuk mencari yang lain. 


Dibuktikan dengan beberapa perceraian, pelakor, dan sebagainya. Jadi status sebenernya hanya embel-embel belaka, namun tidak bisa sepenuhnya kita keluar dari itu semua. Yawes, intinya mari sama-sama jadi jomlo dadakan (merdeka dan memberdayakan) dan corona (corps jomlo sederhana), yang merupakan mazhab jomlo yang dilahirkan oleh Bung Sid. 


Woke, semoga Intan Intun Setyani, S.FMT berkenan menjadi penengah di tengah perang dingin yang melanda jebolan Madrasah Aliyah (Literasi) nomor satu yang ada di Kota Ledre, Bojonegoro. Mengapa perang dingin? Bukan karena lagi hawa dingin loh ya… Masih ingat kan dengan perang dingin yang melanda dunia antar AS/Amerika Serikat dan US/Uni Soviet dan hingga sekarang masih terjadi? Wkwk. Antara blok barat dan blok timur dengan mazhab atau faham masing-masing. Nah disinilah mengapa saya menyebut sebagai perang dingin atau cold war sebab terjadi peperangan mazhab Jomloisme yang dibawa oleh saya Yogur (Yogi Alur) dengan Bung Sid (Muhammad Sidkin Ali), hehehe.....


Baik dari 1001 cara, hanya ada satu cara yaitu merdeka secara mind side atau pola fikir. Cara lain sebagai bonus, suruh saja temanmu bilang kemudian membuat pengakuan kedaulatan tentang deklarasi atau meminjam istilah lain ya isinya tentang penepisan status jomlo itu sendiri, wqwqwq. Misalnya , "dengan ini…saya atas nama……tidak berstatus sebagai jomlo melainkan warga negara Indonesia (WNI)". Dan belum tentu orang-orang yang menyempurnakan separuh agama melepas status jomlonya secara kaffah.


Ingat, ini hanya mainan dan tulisan ini dibuat dengan penuh keisengan, agar pembaca tidak tersulut emosi atau malah tertawa terpingkal-piungkal alangkah baiknya baca semua tulisan saya dan Bung Sid di Jurnaba.co agar bisa berkomentar kemudian memilih di aliran yang mana? Wkwkw. Mazhab jomlonya saya atau Bung Sid? Akhir kata bukan akhir segalanya, ada ungkapan tak ada gading yang tak retak. Mengingat masih lama lagi kita akrab dengan ucapan Marhaban Yaa Ramadhan, saya berharap Intan Setyani bisa meredakan perang dingin yang sedang menjelma sebagai perang panas. Pisss…….


Salam Damai Bersaudara……………….


Be your self and do the best




Menjelang Ramadhan, 1441 H